Karena Allah Sang Maha Cinta

By Claudia - 8/15/2018 06:56:00 AM

Bismillahirrahmanirrahim.

     Hari itu, seperti hari Ahad biasanya perempuan itu berangkat ke tempat yang telah disetujui bersama rekan-rekannya. Pertemuan setiap pekan yang selalu dirindukannya. hari ini dia mengenakan gamis merah, khimar hitam, ransel hitam, dan sepatu sandal yang membuatnya tak berbeda dari hari-hari biasanya, style sehari-harinya jika keluar rumah. Dengan senyum merekah dia meninggalkan rumahnya dan menuju ketempat yang akan ditujunya.

     Masjid ditengah kota yang begitu ramai jama'ah menjadi tempatnya memarkirkan sepeda motor yang dikendarainya. Sambil celingukan mencari tempat parkir yang kosong dia melihat sosok seorang yang tak asing baginya. Senyum manis terindera oleh perempuan bergamis merah itu. Setelah si perempuan memastikan motornya telah terkunci dia melepas helmnya dan berjalan menemui seseorang yang ia lihat tadi. Dia melepas sepatu sandalnya dan naik ke teras masjid, mengucapkan salam, menyalaminya, dan bercipika-cipiki.

     “Sek yo, nunggu Afifah, dia sek sholat.” Kata wanita yang ditemui perempuan bergamis merah itu.

     “Iya mbak.”

    Beberapa menit kemudian Afifah yang di tunggu oleh wanita dan perempuan bergamis merah datang menghampiri, menyalami si perempuan dan duduk disebelahnya. Tak beberapa lama kemudian mereka bertiga pindah kedalam masjid.

     Seperti biasa, halaqoh hari itu dimulai dengan tilawah al-quran. Beberapa menit kemudian beberapa teman dari si perempuan bergamis merah datang satu persatu. Setelah semua menyelesaikan bagian yang dibaca, materi inti pun dimulai. Wanita yang ditemui perempuan pertama kali itulah yang mengisi materinya. Beliau biasa di panggil murabbi oleh perempuan bergamis merah dan teman-temannya.

     Dibeberapa penjelasan terakhir si perempuan bergamis merah terlihat berkaca-kaca matanya. Dia tersentuh dengan kalimat yang diucapkan oleh murabbinya. Memang hari ini murabbinya menjelaskan mengenai loyalitas seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Materi yang begitu mantap yang didapatkannya hari itu.

     “Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan Menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.

   “Ada yang begitu menarik dari ayat ini. Saya mendengarnya di salah satu kajian. Kalau kita sadari Allah Subhanahu wa ta’ala begitu sangat Pemurah. Allah Subhanahu wa ta’ala dengan jelas menyebutkan ‘jika bersyukur, akan ditambah’, lalu di kalimat setelahnya mengapa Allah tidak menyebutkan ‘Jika mengingkari, akan Aku azab?’. Ya inilah Kemuliaan Allah Subhanahu wa ta’ala, Kemurahan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Allah jelas menyebutkan JIKA KAMU BERSYUKUR, MAKA AKAN AKU TAMBAH NIKMAT PADAMU, itu janji Allah Subhanahu wa ta’ala, tapi untuk siapa yang mau mengingkari, Allah Subhanahu wa ta’ala masih mengingatkan, mengingatkan bahwa azab-Nya sangat berat.”

     Kalimat itulah yang menjadikan perempuan bergamis merah itu berkaca-kaca. Ada sesuatu yang menonjok hatinya, yang membuat hatinya terasa perih, tersadarkan betapa Rabb-nya begitu Sempurna, Pemurah, Pengasih dan Penyayang, dan terlintas di hati dan pikirannya Sebegitu Besarnya kecintaan Rabb-nya kepada hamba-hamba-Nya, mengapa terkadang tanpa disadari masih ada saja prasangka-prasangka yang meragukan Rabb-nya. Tak terasa air matanya hampir tumpah, maka sesegera mungkin perempuan bergamis merah itu mengusapnya.

     Ya, Allah Subhanahu wa ta’ala, Sang Maha Pengasih Maha Penyayang. Itu salah satu bukti kecintaan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba-Nya, dan masih sangat banyak bukti lain yang menunjukkan cintanya Allah Subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hamba-Nya.



  • Share:

You Might Also Like

1 comments:

Terima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎