Sapaan dari Yogyakarta

By Claudia - 1/23/2019 06:24:00 AM


“Pernah baca buku Membina Angkatan Mujahid dek?”. Tanyanya.

“Belum mas.” Jawabku singkat. Aku tak tahu mengapa tiba-tiba dia tanyakan mengenai itu. Ya, banyak sekali yang sudah kami bicarakan. Mengenai liqo’ sekarang, kegiatannya sekarang, dan juga mengenai ROHIS, ya, salah satu organisasi yang pernah kami ikuti. Hanya berbeda masa, karena saat aku masuk SMA, dia sudah lulus dari SMA. Dan entah, bagaimana ceritanya hingga kami bisa saling mengenal.

“Cari buku-buku bacaan Fathi Yakan dan Sayyid Qutb”

“Membina Angkatan Mujahid itu bukunya siapa?" Tanyaku

“Karangan siapa ya lupa aku. Dulu ada di perpus ROHIS. Sama baca buku Keakhawatan dek.”

“Kenapa mas memangnya?. Tanyaku yang memang tidak tahu sama sekali dengan buku-buku itu, dan baru mendengarnya.


“Ya, gak. Baca saja buku-buku tsaqofah Islamiyyah. Ya tapi sekarang dapatnya sudah susah dek. Itu buku-buku lama, jaman aku masih SMA. Gak tau sekarang masih ada atau gak, dulu dapat beli dari penerbitnya langsung. Sulit dek sekarang. Lha gimana? Kalau ada mau dibelikan?”. Katanya yang membuatku sedikit sebal dan juga entah kenapa senang. Ya, sebal karena dia menyuruh untuk membaca buku-buku itu, tapi belum apa-apa sudah di down kan kalau buku-buku itu sudah sulit dicari. Tapi senangnya, aku sama sekali tidak menyangka kalau dia akan menawari untuk membelikan, ya, jika ada.


Percakapan via line yang berpindah ke BBM pun terus berlanjut. Bahkan selama berbulan-bulan mengenalnya aku juga masih bingung, mengapa bisa aku mengenalnya. Bisa saling berkirim pesan dengannya. Bahkan gojlok-gojlokan tentang nikahpun juga tak ketinggalan. Aku senang bisa mengenalnya. Orang yang pertama kali kulihat saat acara silaturahmi IKA-ROHIS tahun 2015. Kali itu memang aku penasaran dengan seorang laki-laki dengan jenggot tipis dan celana kain berwarna hitam yang dipadukan dengan baju koko dan jaket coklat tua. Yang membuatku penasaran adalah, siapakah dia, aku tak pernah melihatnya. Diantara para mas-mas dan mbak-mbak alumni diatasku, hanya dia yang wajahnya tampak asing bagiku. Aku tak pernah tahu dia siapa, siapa namanya, alumni tahun berapa. Dan seiring berjalannya waktu aku sudah lupa dengannya, bahkan tak terlintas sedikitpun bayangan tentang orang yang tak pernah kulihat namun begitu akrab dengan teman laki-laki seangkatanku, dan para laki-laki yang lainnya.

Dan setelah sekian lama setelah pertama dan terakhir melihatnya tanpa tahu siapa dia, dia tiba-tiba muncul dan memperkenalkan diri, tepatnya satu tahun setelahnya. Sekian bulan kenal dengannya, stalking IG pun tak terlewatkan, dan saat menemukan salah satu foto, tiba-tiba ada foto yang membuatku tersenyum-senyum tak menyangka, dia yang menghubungi dan memperkenalkan diri adalah orang yang di tahun sebelumnya membuatku penasaran. Bukan kebetulan, karena Allah yang mengaturnya. Percakapan awal yang masih mengenai bagaimana keadaan ROHIS, apakah masih liqo’, bagaimana liqo’nya sekarang, dan sekian pertanyaan-pertanyaan yang sewajarnya ditanyakan kakak tingkat ke adik tingkatnya, berlanjut hingga kecerita yang lain-lainnya. Mulai dari flashback masa-masa SMA, sedikit tentang kuliah dan kerjanya di Jogja, dia yang menjadi panitia di acara yang besarnya di Jogja, perjalanan long march dan survivalnya yang memakan waktu 4 hari, yang tetap makan walau hanya makan jipan bakar dan bekicot bakar katanya. Akupun yang juga menceritakan kegiatan KKM ku saat itu. Banyak lagi ceritanya, hingga akhirnya sampailah pada perhatian kecil dan pemberian semangatnya yang memang benar-benar membuatku kembali bersemangat.

Tapi ternyata cerita antara dia dan aku berbeda. Kami memutuskan untuk sama-sama berjalan sendiri-sendiri karena ada beberapa hal yang membuatnya demikian. Kami hanya dipertemukan untuk saling mengenal dan saling bertukar pikiran mengenai hal-hal yang sama-sama menarik bagi kami. Aku banyak belajar juga mengenai dakwah, fiqh, dan hal-hal sejenis darinya. Pertemuan dan perkenalan yang memang sudah Allah rencanakan. Entah apa hikmahnya bagi dia, tapi bagiku, Allah mendatangkan dia untuk mengingatkanku tentang kenyamanan yang pernah ku temukan di masa SMA ku yang sudah selama setahun pertama kala aku di kota tempatku mencari ilmu tak kulakukan. Dan Allah juga mendatangkannya untuk menjawab kebingunganku pada hal yang selama ini membuatku nyaman, yang membuatku tenang, dan membuatku dekat dengan-Nya. Tentang apa sebenarnya hal itu. Ya, hal itu adalah halaqah mingguan, yang biasa kami menyebutnya Liqo’, sarana untuk mentarbiyah diri. Dia menjelaskan sedetailnya tentang hal itu. Dia adalah perantara Allah yang telah meyakinkanku pada hal itu. Dan dia juga salah satu orang yang selalu mengingatkan untuk selalu istiqomah. Yaa, beginilah. Rencana Allah jauh lebih sempurna dan lebih indah dari rencana manusia. Aku punya cerita sendiri, dan dia juga punya cerita sendiri. Aku dengan Malangku dan dia dengan Jogjanya.
﹏﹏﹏﹏
“Semangat S.Psi dek :D”. Katanya.
____________________________________


  • Share:

You Might Also Like

2 comments:

Terima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎