“Pernah baca buku Membina Angkatan Mujahid dek?”. Tanyanya.
“Belum mas.” Jawabku singkat. Aku tak tahu mengapa tiba-tiba dia
tanyakan mengenai itu. Ya, banyak sekali yang sudah kami bicarakan. Mengenai
liqo’ sekarang, kegiatannya sekarang, dan juga mengenai ROHIS, ya, salah satu
organisasi yang pernah kami ikuti. Hanya berbeda masa, karena saat aku masuk
SMA, dia sudah lulus dari SMA. Dan entah, bagaimana ceritanya hingga kami bisa
saling mengenal.
“Cari buku-buku bacaan Fathi Yakan dan Sayyid Qutb”
“Membina Angkatan Mujahid itu bukunya siapa?" Tanyaku
“Karangan siapa ya lupa aku. Dulu ada di perpus ROHIS. Sama baca
buku Keakhawatan dek.”
“Kenapa mas memangnya?. Tanyaku yang memang tidak tahu sama sekali
dengan buku-buku itu, dan baru mendengarnya.
“Ya, gak. Baca saja buku-buku tsaqofah Islamiyyah. Ya tapi
sekarang dapatnya sudah susah dek. Itu buku-buku lama, jaman aku masih SMA. Gak
tau sekarang masih ada atau gak, dulu dapat beli dari penerbitnya langsung.
Sulit dek sekarang. Lha gimana? Kalau ada mau dibelikan?”. Katanya yang
membuatku sedikit sebal dan juga entah kenapa senang. Ya, sebal karena dia
menyuruh untuk membaca buku-buku itu, tapi belum apa-apa sudah di down kan
kalau buku-buku itu sudah sulit dicari. Tapi senangnya, aku sama sekali tidak
menyangka kalau dia akan menawari untuk membelikan, ya, jika ada.
Percakapan via line yang berpindah ke BBM pun
terus berlanjut. Bahkan selama berbulan-bulan mengenalnya aku juga masih
bingung, mengapa bisa aku mengenalnya. Bisa saling berkirim pesan dengannya.
Bahkan gojlok-gojlokan tentang nikahpun juga tak ketinggalan.
Aku senang bisa mengenalnya. Orang yang pertama kali kulihat saat acara
silaturahmi IKA-ROHIS tahun 2015. Kali itu memang aku penasaran dengan
seorang laki-laki dengan jenggot tipis dan celana kain berwarna hitam yang
dipadukan dengan baju koko dan jaket coklat tua. Yang membuatku penasaran
adalah, siapakah dia, aku tak pernah melihatnya. Diantara para mas-mas dan
mbak-mbak alumni diatasku, hanya dia yang wajahnya tampak asing bagiku. Aku tak
pernah tahu dia siapa, siapa namanya, alumni tahun berapa. Dan seiring
berjalannya waktu aku sudah lupa dengannya, bahkan tak terlintas sedikitpun
bayangan tentang orang yang tak pernah kulihat namun begitu akrab dengan teman
laki-laki seangkatanku, dan para laki-laki yang lainnya.
Dan setelah sekian lama setelah pertama dan
terakhir melihatnya tanpa tahu siapa dia, dia tiba-tiba muncul dan
memperkenalkan diri, tepatnya satu tahun setelahnya. Sekian bulan kenal
dengannya, stalking IG pun tak terlewatkan, dan saat menemukan
salah satu foto, tiba-tiba ada foto yang membuatku tersenyum-senyum tak
menyangka, dia yang menghubungi dan memperkenalkan diri adalah orang yang di
tahun sebelumnya membuatku penasaran. Bukan kebetulan, karena Allah yang
mengaturnya. Percakapan awal yang masih mengenai bagaimana keadaan ROHIS,
apakah masih liqo’, bagaimana liqo’nya sekarang, dan sekian
pertanyaan-pertanyaan yang sewajarnya ditanyakan kakak tingkat ke adik
tingkatnya, berlanjut hingga kecerita yang lain-lainnya. Mulai dari flashback masa-masa
SMA, sedikit tentang kuliah dan kerjanya di Jogja, dia yang menjadi panitia di acara yang besarnya di Jogja, perjalanan long
march dan survivalnya yang memakan waktu 4 hari, yang tetap makan walau hanya makan jipan bakar dan bekicot bakar katanya. Akupun yang juga menceritakan kegiatan KKM ku saat itu. Banyak lagi ceritanya, hingga akhirnya sampailah pada perhatian
kecil dan pemberian semangatnya yang memang benar-benar membuatku kembali
bersemangat.
Tapi ternyata cerita antara dia dan aku
berbeda. Kami memutuskan untuk sama-sama berjalan sendiri-sendiri karena ada beberapa hal yang membuatnya demikian. Kami hanya dipertemukan untuk saling mengenal dan saling bertukar
pikiran mengenai hal-hal yang sama-sama menarik bagi kami. Aku banyak belajar
juga mengenai dakwah, fiqh, dan hal-hal sejenis darinya. Pertemuan dan
perkenalan yang memang sudah Allah rencanakan. Entah apa hikmahnya bagi dia,
tapi bagiku, Allah mendatangkan dia untuk mengingatkanku tentang kenyamanan
yang pernah ku temukan di masa SMA ku yang sudah selama setahun pertama kala
aku di kota tempatku mencari ilmu tak kulakukan. Dan Allah juga mendatangkannya
untuk menjawab kebingunganku pada hal yang selama ini membuatku nyaman, yang
membuatku tenang, dan membuatku dekat dengan-Nya. Tentang apa sebenarnya hal
itu. Ya, hal itu adalah halaqah mingguan, yang biasa kami menyebutnya Liqo’,
sarana untuk mentarbiyah diri. Dia menjelaskan sedetailnya tentang hal itu. Dia
adalah perantara Allah yang telah meyakinkanku pada hal itu. Dan dia juga salah
satu orang yang selalu mengingatkan untuk selalu istiqomah. Yaa, beginilah.
Rencana Allah jauh lebih sempurna dan lebih indah dari rencana manusia. Aku
punya cerita sendiri, dan dia juga punya cerita sendiri. Aku dengan Malangku dan dia dengan Jogjanya.
﹏﹏﹏﹏
“Semangat S.Psi dek :D”. Katanya.
____________________________________
2 comments:
Selamat S.Psi dek 😂
BalasHapusIyaa hahaha
HapusTerima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎