Akhirnya Luring Lagi, ARTJOG MMXXII Penawar Rindu Bagi Penikmat Seni
Setelah dua tahun berturut-turut diadakan secara daring, tahun ini akhirnya Artjog luring lagi. Dibuka dari mulai tanggal 7 Juli - 4 September 2022, berlokasi di Jogja National Museum. Sejujurnya ini adalah Artjog pertamaku. Tiga tahun di Jogja, rasanya belum sah kalau belum datang ke acara yang satu ini. Sedikit cerita, tahun pertama di Jogja dulu 2019, dan saat itu karena belum tahu banyak daerah Jogja, jadi yaa sedikit bersabar untuk tidak main dulu ke acara ini. Kemudian di tahun setelahnya Artjog diadakan secara daring karena adanya Covid-19. Dan dengar jika tahun 2022 Artjog digelar luring, yaa harus datang dong yaa 😁.
Okey, untuk masuk dikenakan biaya Rp75.000 untuk dewasa, dan Rp50.000 untuk anak-anak 6-17 tahun, sedangkan untuk anak-anak dibawah 6 tahun free. Nah di acara Artjog kali ini memang beda ya. Karena kembali luring maka ada beberapa rules yang harus diperhatikan bagi para pengunjung. Jadi yang mau kesana tetap harus mengikuti rules yang ada yaa.
ARTJOG MMXXII Arts in Common - Expanding Awareness | Dokpri |
ARTJOG MMXXII Arts in Common - Expanding Awareness, menggandeng komunitas difabel serta anak-anak ditujukan untuk memberikan perhatian pada kesenian yang mendukung inklusivitas. Sepemahamanku disini, Artjog tahun ini hendak berupaya memperluas lagi kesadaran tentang inklusivitas yang diwujudkan dalam rancangan konsep, program, dan pelaksanaan acaranya.
Terdapat lebih dari 300 karya dari 61 seniman. Mengangkat tema inklusivitas dengan sub tema ruang, waktu dan kesadaran manusia, Artjog kali ini juga melibatkan seniman dewasa, anak-anak, perempuan dan orangtua. Sehingga karya yang dihasilkan lebih variatif dan berkualitas serta semua usia dapat mengenal bahasa seni, menikmati, dan memberikan peluang untuk mengekspresikan diri.
Oke, jadi aku kesana tanggal 30 Juli 2022, dan bisa datang ke salah satu event tahunannya Jogja yang satu ini memang menyenangkan. Yaa siapa yang tidak pernah mendengar apa itu Artjog. Pasti sudah banyak yang tahu. Disana kita bisa belajar banyak hal dari semua karya yang ditampilkan. Tidak perlu khawatir, karena setiap semua karya akan ada penjelasannya.
Baca Juga: Masih di Artjog MMXXII, Dalam Rangkaian Acara Merayakan Lebaran Seni
Nah, ini aku mau share sedikit dari beberapa karya yang telah terdokumentasikan. Tapi tidak bisa semua yaa hehe. Ya, pertama kali masuk akan disambut oleh instalasi karya seni dari Christine Ay Tjoe yang berjudul Personal Denominator.
Personal Denominator karya Christine Ay Tjoe | Dokpri |
Seniman asal Bandung ini banyak berfokus pada kompleksitas hidup manusia. Untuk karyanya ini beliau mempresentasikan organisme yang paling kuat dan resilien di muka bumi, yaitu Tardigrada. Memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa memungkinkan untuk bertahan dalam kondisi suhu, tekanan udara dan tingkat kelembaban yang ekstrim. Bahkan Tardigrada ini juga tak terpengaruh oleh radiasi.
Dari karyanya ini Christine Ay Tjoe ingin menyampaikan bahwa dari waktu-waktu terburuk selama pandemi yang dialami, menyadarkan bahwa betapapun dahsyat krisis atau bencana yang melanda manusia, selalu ada daya hidup yang dapat membuatnya bertahan, bahkan bangkit dari keterpurukan. Christine mengibaratkan daya hidup ini sebagai denominator, yang dalam matematika denominator ini adalah pembagi yang digunakan untuk menyebutkan angka yang tidak pernah bernilai nol. Betapapun kecilnya, sederhana atau tersembunyi, denominator tidak mungkin sepenuhnya absen. Seperti halnya daya hidup, meski terkadang misterius, bersifat universal karena termanisfestasikan dalam eksistensi berbagai jenis makhluk hidup di bumi.
All Kids are Depressed karya Taufik Hidayat | Dokpri |
Kisah Punah Kita karya Sejuah Mata Memandang | Dokpri |
Masuk ke instalasi ini tertampar ya. Jadi Kisah Punah Kita ini menyadarkan kita sebagai manusia adalah spesies penyebab kepunahan. Sadar nggak??. Mungkin memang benar jika kita tidak secara langsung dan terang-terangan membunuh hewan-hewan atau mematikan tumbuhan-tumbuhan, namun perilaku kita yang buruk dan mengerikan yang terus dilakukan dalam jangka waktu lama dan akhirnya susah disembuhkan.
Jejak Domestik karya Meita Meilita | Dokpri |
Disini akan kutuliskan deskripsi dari karyanya ini. Berbentuk sulaman pada cotton fabric berisikan daftar belanjaan ibu-ibu. Yaa, Melita menganggap peran sebagai seorang ibu hanyalah salah satu dari sekian banyak peran perempuan dalam kehidupan kontemporer. Menjadi seorang ibu membuatnya belajar banyak untuk menjadi seorang pemikir. pemimpin, manajer, pendukung, dll. Kisah personalnya sebagai perempuan dalam berbagai fase kehidupan adalah persoalan yang juga terkait dengan berbagai lapisan kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi dan lingkungan.
Meita Melita mereproduksi objek sehari-hari untuk membicarakan perihal domestik yang memiliki hubungan personal dan interpersonal. Baginya apa yang ia konsumsi sehari-hari meskipun remeh temeh, sesungguhnya selalu mewakili pengalaman hidup, antara masa lalu dan harapan, antara kerentanan dan kemungkinan. Dan dari hal remeh temeh inilah karya seni ini tercipta sebagai proses merawat ingatan.
Motivator karya Samsul Arifin | Dokpri |
Seniman satu ini menjadikan isu pendidikan dan pengetahuan sebagai concern-nya sejak lama. Pada karyanya kali ini, Samsul menambahkan bagian jangka pada kaki dan tangan pada sosok bonekanya. Yaa, beliau menggunakan simbol boneka dan pensil dalam karya-karyanya. Sosok yang terlukiskan pada canvas tersebut adalah metafora dari para difabel, yang meskipun memiliki kelainan bentuk fisik namun mempunyai kelebihan lainnya, seperti halnya fungsi jangka yang bermacam-macam. Jangka dan mistar juga dipakai sebagai simbol arsitektur masa lalu. Jangka tidak hanya untuk membuat garis lingkaran, namun juga dapat dimaknai sebagai panjangka (meramalkan sesuatu yang belum terjadi).
Melalui karyanya ini, Samsul mengajak kita untuk merenungkan kembali peran para difabel, yang sekarang masih sering dianggap liyan, disingkirkan dalam masyarakat. Difabel dapat memotivasi kita untuk lebih peduli dan menghormati sesama manusia.
"Art is the lie that enables us to realize the truth." -Pablo Picasso
Aku cukupkan dulu sampai sini ya. Lanjutannya nanti insyaAllah akan kusambung di part dua, karena ternyata masih banyak yang ingin kubagi perihal karya-karya luar biasa yang kutemui di Artjog 2022 ini. Jadi kunyatakan untuk cerita ini BERSAMBUNG... 😉
2 comments:
Waah seru bangettt bisa ke artjog! Udah lama banget pengen kesini, tp selalu waktunya ga pas kalo pas ke jogja hihi thanks ka sudah sharing
BalasHapusHai ka. Terima kasih juga sudah mampir. Oh ya, kemarin pas menuju jalan keluar lokasinya ada info kalau Artjog 2023 sekitar Juli-Agustus juga. Semoga bisa main dan mampir Artjog 😉
HapusTerima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎