Meningkatkan Self-Compassion, Pentingkah??

By Claudia - 3/30/2023 08:37:00 AM

 


Siapa yang bisa memberi dukungan ke temennya kalau temennya lagi ada masalah? Siapa yang punya empati tinggi dan mudah menunjukkan rasa empatinya itu kepada orang lain? misalkan menemani melalui hari-hari yang tidak menyenangkan, jadi 911 temennya, dan membantu teman untuk kembali merasa nyaman? Siapa siapa???. Nah pertanyaannya, apakah kamu juga mudah untuk melakukan semua hal itu pada dirimu sendiri??

Coba jawab ini:
1. Saat kamu dalam kondisi gagal dalam melakukan sesuatu atau membuat kesalahan, apakah kamu membuka diri untuk memahami emosi dan usaha apa yang kamu pilih, apakah kamu akan mencari jalan keluar dari kondisi kamu saat ini, atau malah akan lebih memilih untuk mengkritik diri sendiri dengan kritikan yang keras?
2. Pada saat dalam situasi yang sulit, apakah yang biasa kamu lakukan, apakah akan memberi dukungan kepada diri sendiri untuk menyelesaikan hal sulit tersebut atau justru memilih untuk melabeli diri tidak mampu melaluinya?

Kalau kamu sudah mampu mengambil langkah positif untuk menyelesaikan masalah yang kamu lalui, aku ucapkan selamat, kamu keren. Namun, jika masih ada yang masih terjebak dalam mindset negatif yang muncul entah karena sebuah "kegagalan" atau dalam situasi sulit kamu perlu untuk membangun atau meningkatkan self compassion pada dirimu. Merasa inferior, merasa tidak berdaya, merasa gagal, kurang dan perasaan-perasaan sejenis yang selalu terjadi dan berlarut-larut, serta tidak segera diatasi akan berujung pada munculnya simptom-simptom depresi. 

Apa itu self-compassion??

Kristin Neff, Ph. D, seorang profesor psikologi di University of Texas menjelaskan bahwa self-compassion adalah proses untuk mengasihi atau ber-welas asih kepada diri sendiri. Sebagai manusia kita tidak hanya perlu saling mengasihi kepada apa yang ada di luar diri, namun yang tak kalah penting adalah mengasihi diri sendiri. Dalam kata lain, penerimaan diri secara utuh dan menyeluruh, bahwa kita adalah manusia, dan merupakan hal yang wajar saat kita melakukan kesalahan, serta tidak seharusnya kita menyesali kesalahan-kesalahan yang terjadi secara berlebihan.

Beberapa penelitian menunjukkan self-compassion merupakan salah satu sumber daya yang besar untuk menghadapi masalah serta dapat bangkit kembali dari masa-masa sulit. Dengan adanya self-compassion dapat membantu mengembangkan kondisi fisik dan psikis ke arah yang lebih positif. Disini bukan berarti kita mengartikan harus selalu membuat diri merasa senang, namun (sebagai mana diatas), dengan self-compassion ini kita dapat secara sadar menerima pengalaman-pengalaman yang memunculkan emosi negatif seperti sedih, marah, takut, dan lainnya. Kita harus menyadari jika perasaan-perasaan itu valid, kita sebagai manusia normal merasakan itu, dan tidak mengutuki diri sendiri.

Komponen Self-Compassion

Bagaimana cara memulainya??

Melatih penanaman self-compassion pada diri sangatlah penting. Memberikan jeda yang sewajarnya dan tidak berlebihan pada saat banyak hal membuat kita merasa bingung adalah salah satu bentuk self-compassion. Menerapkan beberapa komponen dasar ini dapat menanamkan self-compassion pada diri secara utuh, check this out:

1. Self-Kindness

Mengetahui bahwa tidak ada satupun manusia yang terlahir dengan kesempurnaan dan semua manusia menjalani kehidupan mereka yang tidak sempurna. Memandang diri sendiri dengan pandangan yang positif dan tidak mengkritik secara berlebihan atas kesalahan yang diperbuat. Stop untuk berpikir "hal ini mungkin tidak terjadi jika aku .....", namun mengubahnya menjadi "yaa ini adalah konsekuensi yang aku terima. Tapi aku tidak akan mengulanginya lagi."

Dengan tidak mengutuki diri dengan nilai-nilai negatif atas apa yang terjadi perlahan akan membuat kita bisa lebih positif menyikapi dan menerima keadaan diri sendiri dengan penerimaan utuh. Dengan terlatihnya self-kindness, akan semakin besar kemungkinan untuk kita bisa belajar dan tumbuh menjadi lebih baik di kemudian hari.

2. Mindfulness

Pada artikel sebelumnya, mindfulness ini berhubungan juga dengan self-compassion. Dengan berkesadaran penuh, kita bisa memaknai peristiwa yang terjadi dan emosi yang muncul. Kita harus sadar, menerima, dan mengakui apa yang sedang terjadi, apakah yang itu baik atau buruk sekalipun. Dengan ini kita bisa mengevaluasi diri tanpa judgement terhadap diri sendiri. Dengan menjadi orang yang mindful, kita bisa menjadikan hal yang terjadi saat ini untuk pelajaran hidup dikemudian hari dan mampu memegang kendali atas diri sendiri, fokus memperbaiki diri tanpa adanya tekanan untuk menjadi sempurna, karena telah mampu menyadari bahwa kesalahan yang terjadi adalah manusiawi.



3. Imperfection Acceptance

Yang terakhir dari self-compassion adalah penerimaan secara utuh atas ketidaksempurnaan. Menerima bahwa ketidaksempurnaan adalah hal yang wajar dan manusiawi. Melakukan kesalahan adalah hal wajar, tidak mampu melakukan satu hal tertentu juga hal yang wajar. Manusia diciptakan sebagai makhluk sempurna, namun tidak ada manusia yang sempurna. Tidak menguasai segala bidang bukanlah sebuah kesalahan, karena manusia diciptakan dengan bakat dan keahliannya masing-masing.

Dengan melatih dan meningkatkan self-compassion dalam diri, tentu akan membuat kita lebih bisa mengasah koneksi kita kepada sesama, dapat membantu meningkatkan kecerdasan emosi, lebih berpikir rasional dan objektif, lebih empati, supportive, dan bisa memiliki kepuasan hidup yang lebih baik. 



My words might heal you,

Keep Believe and Dream Big,
Claudia .

  • Share:

You Might Also Like

0 comments:

Terima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎