Aku Harus ke Psikolog atau Psikiater?

By Claudia - 4/01/2023 08:54:00 AM

Beberapa hari lalu aku kembali mendapatkan pertanyaan dari seorang teman, "kalau aku ada masalah, aku better ke psikolog atau ke psikiater. Terus apa beda antara keduanya?". Bukan sekali dua kali aku menerima pertanyaan yang sama. Memang tak jarang banyak yang menganggap bahwa kedua profesi ini sama. Fun fact, akupun waktu awal-awal jadi mahasiswa psikologi juga belum tau perbedaannya. Memang ada beberapa kesamaan, namun antara psikolog dan psikiater ini adalah dua profesi yang berbeda dan tentu saja memiliki kewenangan yang juga berbeda. 

Oke, disini aku coba bedah mengenai dua profesi ini, biar tidak ada keragu-raguan lagi terhadap keduanya 😉

Persamaan Psikolog dan Psikiater
Psikolog dan psikiater adalah praktisi kesehatan dengan keahlian untuk membantu menangani masalah kesehatan mental. Keduanya memfasilitasi seseorang dalam mengatasi masalah mental di kehidupan sehari-hari, berfungsi untuk melakukan pencegahan, penyembuhan, dan rehabilitasi; namun menggunakan cara sesuai dengan kewenangan prakteknya. Jadi bisa digaris bawahi ya untuk kesamaannya adalah concern ke kesehatan mental atau kesehatan jiwa dan keduanya juga bisa melakukan kerjasama.

Perbedaan Psikolog dan Psikiater
Dari kedua profesi ini, merujuk pada bidang yang dipelajari dan ditekuni, psikolog mempelajari bidang psikologi sedangkan psikiater mempelajari bidang psikiatri. Psikologi sendiri adalah sebuah ilmu yang berhubungan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku seseorang, atau bisa disederhanakan ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Sedangkan psikiatri merupakan salah satu dari cabang ilmu  kedokteran yang berhubungan dengan penyakit jiwa. Dari sini bisa dikatakan bahwa psikolog adalah seorang ahli psikologi yang berfokus pada penanganan perilaku dan kesehatan mental sedangkan psikiater adalah seorang dokter yang ahli dalam penyakit jiwa yang bertanggung jawab dengan gangguan mental.

Perbedaan Antara Psikolog dan Psikiater

Meskipun sama-sama menangani kesehatan mental, keduanya tidak sepenuhnya sama yaa, sebagaimana sedikit yang mukadimah diatas. Lalu apa sajakah perbedaan psikolog dan psikiater? Berikut selengkapnya:

1. Pendidikan

Ini adalah hal mendasar yang membedakan antara psikolog dan psikiater. Untuk dapat menjadi seorang psikolog, seseorang harus mengambil program pendidikan sarjana psikologi (S. Psi) terlebih dahulu, kemudian melanjutkan study magister profesi psikologi. Harus diingat, study lanjutan yang diambil adalah profesi psikologi yaa. Karena pada program pasca sarjana terdapat dua pilihan, yakni program magister sains dan magister profesi. Dan nantinya akan mendapatkan gelar M. Psi, Psikolog serta memperoleh sertifikat sebutan psikolog. 

Sementara untuk psikiater, pendidikan dasar yang ditempuh adalah kedokteran (dr.) kemudian melanjutkan pendidikan spesialis bidang psikiatri, dimana nantinya akan menerima gelar sebagai dokter spesialis kesehatan jiwa (Sp. KJ).

Oke, jadi sudah jelas ya sekarang, satu point dasar perbedaan dari psikologi dan psikiater, psikolog itu dari psikologi, sementara psikiater dari kedokteran.


2. Pendekatan dan Tugas

Psikolog dan psikiater sama-sama dilatih untuk dapat "berbicara tentang masalah pasien/kliennya" atau berlatih psikoterapi. Akan tetapi perbedaan latar belakang dan pelatihan diterjemahkan ke dalam pendekatan yang berbeda untuk pemecahan masalah yang pasien/klien rasakan. 

Tugas seorang psikolog adalah untuk menyelidiki penyebab gejala psikologi dari sisi non medis, seperti pola asuh, latar belakang keluarga, tumbuh kembang, serta pengaruh lingkungan klien. Sedangkan untuk psikiater melakukan penyelidikan penyebab gejala psikologi dari sisi medis dan kelainan pada susunan syaraf pada pasien, bertanggungjawab untuk mendiagnosis gangguan mental seorang pasien dan menentukan pengobatan yang akan dilakukan.

3. Penanganan 

Disini letak perbedaan yang paling jelas, dimana untuk penanganan yang diberikan, apabila psikolog akan lebih fokus pada aspek sosial kliennya, seperti memberikan terapi-terapi psikologi (psikoterapi), konseling, dan pemberian beberapa tes psikologi yang nantinya akan diinterpretasikan sebagai jawaban dari masalah yang dialami. Dalam prosesnya ini, psikolog tidak memiliki wewenang untuk memberikan resep obat bagi kliennya. Disini psikolog juga akan melakukan terapi rutin dengan konseling psikososial.

Sementara untuk seorang psikiater, mereka akan melakukan terapi untuk psikoterapi atau psikofarmakologi serta memiliki wewenang untuk memberikan resep obat dan terapi obat-obatan (farmakoterapi), terapi stimulus otak, pemeriksaan fisik dan laboratorium kepada pasiennya. Hal ini dilakukan setelah dilakukan diagnosis gangguan mental ya. Hal ini bisa dilakukan oleh psikiater karena pada saat menempuh pendidikan, calon psikiater juga mempelajari ketidakseimbangan kimia di dalam otak manusia. 


"Lalu, aku harus ke psikolog atau ke psikiater?"
Saat merasa ada yang tidak baik-baik saja dalam diri, dan belum sepenuhnya bisa memahami diri sendiri, dan merasa tidak nyaman, kamu boleh langsung cari bantuan, ingat jangan di pendam sendiri, karena menumpuk masalah sama dengan menyalakan bom waktu. Jadi, jika kamu dalam keadaan demikian, kamu bisa mendatangi salah satunya. Atau di beberapa kondisi yang diperlukan, kamu bisa juga untuk berkonsultasi dengan keduanya. 

Seorang psikolog akan menjadi sosok pendengar atas apa yang kamu alami, pikirkan dan rasakan. Kamu akan dibantu untuk merefleksikan serta menyadari kondisi yang sebenarnya kamu alami. Hal ini dikarenakan, tidak jarang pada saat dihadapkan pada suatu permasalahan, kondisi kita hanya akan berfokus pada persepsi dan emosi negatif yang ujungnya malah membuat tidak bisa berpikir jernih serta tidak nyaman. Psikolog akan menjadi teman diskusi untuk membantu mengenali potensi dalam rangka pengembangan diri.

Kemudian untuk psikiater, jika merasa kondisi sudah mengganggu fungsi keseharian atau sudah mengarah ke perilaku yang membahayakan, kamu dapat konsultasi dengan psikiater agar mendapatkan penanganan medis yang tepat. 

Pemilihan better konsultasi kemana sebenarnya harus dipandu oleh jenis masalah yang dihadapi. Sebagai contohnya, orang dengan depresi dapat mengambil manfaat dari minum obat, sehingga jelas dia bisa datang ke psikiater, sementara bagi seseorang yang mengalami fobia, dapat menentukan terapi dengan psikolog. Kalau masih bingung, kamu merasa memiliki keluhan, kamu bisa datang ke dokter umum, dari sana akan dibantu dengan rujukan, apakah kamu disarankan ke psikolog ataukan ke psikiater. 

"Jadi lebih mending ke psikiater dong lebih unggul, dapat obat, selesai." atau "kalau hampir-hampir mirip mending ke psikiater aja sekalian. Bisa langsung dapat obat."

Eeitss jangan miskom. Sejujurnya aku pernah mendapatkan statement demikian. Begini, bukan siapa yang lebih unggul dibanding siapa, antara psikolog dan psikiater hanya berbeda sudut pandang, treatment yang digunakan, dan ruang lingkup masalah yang dialami. Dan dari perbedaan itulah, justru dua profesi ini bisa saling melengkapi dan bekerjasama. 

Dan aku mendapatkan jawabannya malah dari seorang teman yang kebetulan dia seorang klien psikolog sekaligus pasien psikiater. Dari proses yang dia jalani, psikiater dengan background kedokteran, sehingga sudut pandang yang digunakan dalam melihat fenomena psikologis ini sebagai seorang dokter, fokus utamanya meredakan kemunculan gejala dengan "hal-hal yang berbau kedokteran" sebagaimana orang yang sedang sakit, dan menunjang dengan bantuan obat. Dimana yang ditangani oleh psikiater adalah "gangguan", bukan persoalan sehari-hari. 

Dengan mengkonsumsi obat yang diberikan tak sedikit yang juga memiliki efek samping yang dia rasakan, bahkan pernah muncul statement "aku capek minum obat". Mungkin kamu pernah menemukan, tidak jarang juga berseliweran di media sosial, dimana seseorang akan merasa "terbebani". Nah, disinilah peran psikolog bisa masuk. Walau psikiater juga bisa melakukan psikoterapi dan konseling, namun waktu yang disediakan tidak sebanyak di ruang psikolog. Jadi, bisa saja dengan mengkonsumsi obat dari psikiater gangguan jiwa sudah mereda, namun beban emosi dan pikiran yang telah lama menumpuk juga harus dikeluarkan. 

Jadi terlihat ya, bagaimana bentuk sinergi dari kedua profesi ini. Kamu bisa memilih datang ke siapa, sesuai dengan keadaanmu. Terakhir, untuk siapapun kamu yang sudah baca sampai disini, dan sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja dan sedang berjuang lepas dari semuanya, aku ada pesan cinta untukmu, semangat ya. Jalani prosesnya, kamu tidak sendiri, kalau kamu yakin bisa pulih, kamu pasti pulih. Kalau kamu yakin dan berkeinginan kuat bangkit menjadi lebih baik, aku yakin kamu pasti bisa. 


My words might heal you,

Keep Believe and Dream Big,
Claudia . 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments:

Terima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎