The Good Girl Syndrome - Are you included?

By Claudia - 4/11/2023 08:49:00 PM


 Hal yang wajar saat kita ingin dipandang sebagai orang yang baik oleh banyak orang. Setiap orang menginginkan hal itu. Menjadi manusia yang baik bisa menjadi sumber kebahagiaan, mendapat sanjungan, dihargai, disayang, dihormati, dan selalu dikenal kebaikannya oleh orang lain. Apalagi perempuan yaa, statement "jadi perempuan baik-baik adalah idaman." atau juga kalimat ini, aku pernah mendengarnya langsung dari seorang teman laki-laki, "sebejat-bejatnya laki-laki, dia akan mencari dan memilih perempuan baik-baik.". Rasa-rasanya memang perempuan yang harus menjadi 'baik' agar bisa diterima di masyarakat. Bahkan perempuan kerap dituntut untuk berperilaku penurut, tidak nakal. tidak suka melawan, baik, dan berbagai standar kebaikan lainnya, sehingga sedari dini perempuan akan dididik untuk memenuhi kriteria kebaikan tersebut.

Tidak jarang teman perempuan juga bilang "yaa aku harus jadi baik, biar orang-orang suka.". Menjadi orang yang baik memang penting dan diperlukan. Tapi jangan sampai kebaikan yang kita tanamkan malah dimanfaatkan oleh orang lain, ujung-ujungnya bukan menebar kebaikan dan kebahagiaan malah jadi capek sendiri. Dan ini, bagaimana jika keinginan dianggap baik oleh orang lain menjadi sebuah keharusan, sehingga menjadikanmu beban, kasarnya kamu malah tidak menjadi dirimu sendiri, dan 'menjadi baik' untuk menyenangkan orang lain adalah keharusan? 

Jika menjadi sosok yang baik mulai terasa membebani dan terasa seperti sebuah tuntutan (bukan perasaan alami), inilah yang dinamakan nice atau good girl syndrome. Eits, jika kamu merasa demikian, jangan asal self diagnose dulu ya. 

Pengertian Good Girl Syndrome
Good girl syndrome dapat diartikan sebagai ketakutan akan dihakimi oleh orang lain jika ia tidak melakukan atau bahkan memenuhi standar kebaikan yang diadakan. Ketakutan ini juga dimunculkan dengan sikap dimana seorang perempuan selalu memaksa dirinya untuk berbaik hati menyenangkan orang lain tanpa memikirkan perasaannya sendiri. Dia cenderung akan menghindari kritikan, penolakan, dan kesalahan, karena merasa jika sebuah kritikan dan penolakan menjadikan orang lain tidak puas terhadap dirinya. Sindrom ini mengakibatkan perempuan yang mengalaminya akan melakukan segala hal baik untuk memenuhi ekspektasi orang lain. 

"aku takut jika aku berperilaku demikian orang lain jadi tidak suka", mungkin perasaan sejenis ini yang akan muncul dalam benak. Dia tidak memperdulikan tentang dirinya. Nyatanya dengan menjadikan penilaian orang, ekspektasi orang, dan keinginan orang lain terhadap dirinya justru akan membahayakan dirinya sendiri.

Baca juga : Point Penting Menjaga Kesehatan Mental Kamu 

Seorang dengan good girl syndrome ini tidak akan berani untuk menolak. Penderita akan merasakan tekanan mental saat menolak permintaan orang lain atau tidak mau membantu orang lain. Perasaan bersalah menghantui dirinya jika melakukan penolakan. Hal ini karena dia tidak ingin meninggalkan kesan buruk kepada orang lain.

Hal ini memiliki dampak negatif bagi diri sendiri. Pasalnya, penderita memiliki kekhawatiran akan perkataan, keputusan dan tindakan yang dipilihnya membuat orang lain kecewa, dan menjadikan diri sendiri tidak fokus pada apa yang diimpikan serta akan sulit berkembang.

Sindrom ini terbentuk karena digunakan self defence mechanism. Selain itu pola asuh dan lingkungan sekitar juga mempengaruhi. Adanya trauma masa lalu juga dapat menjadi pemicu adanya good girl syndrome ini, dimana penderita akan memprioritaskan kepentingan dan kesenangan orang lain agar dirinya tidak lagi mengalami kekerasan atau hal tidak mengenakkan sebagaimana yang pernah dia alami sebelumnya.

Ciri-Ciri Good Girl Syndrome

Ada beberapa tanda yang ditunjukkan seorang perempuan yang mengalami good girl syndrome. Ciri yang paling umum adalah tidak bisa menolak permintaan orang lain, karena adanya rasa takut untuk mengecewakan orang lain. Berikut ciri-ciri lainnya:

  • Terobsesi menjadi baik
  • Selalu berusaha menjadi sempurna, yang tujuannya adalah untuk bisa menyenangkan orang lain,
  • Terpaksa melakukan hal baik hanya untuk membuat orang lain senang dan berpura-pura bahagia,
  • Menghindari konflik
  • Cemas dan khawatir jika tidak disukai orang lain

 

Baca juga :  Why Personal Boundaries are Important??


Apa yang Bisa Dilakukan??
Tidak ada yang salah dengan menjadi orang yang baik, namun yang harus diluruskan adalah hal itu bukan obsesi, sampai-sampai mengorbankan perasaannya sendiri demi pandangan orang lain. Agar tidak sampai mengalami sindrom ini, atau jika kamu merasa punya kemiripan dengan tanda-tanda di atas, coba untuk mulai keluar dari zona tersebut. Semoga ini bisa membantu:

  • Berlatih berkata tidak jika kamu memang tidak bisa membantu atau memenuhi apa yang orang lain minta,
  • Bersikap tegas dan tidak takut untuk bicara. Sikap tegas bukan berati jahat,
  • Komitmen dengan prinsip dan nilai diri sendiri
  • Percaya pada diri sendiri, bahwa bisa menjadi orang yang baik walau tidak dengan menyenangkan semua orang.
Kita memang makhluk sosial yang telah dikodratkan untuk butuh sesama mausia, namun jangan sampai melebihi batas wajar yang ujung-ujungnya merugikan diri sendiri. Yakinilah, bahwa orang yang mampu memahami diri kita ya diri kita sendiri. Memprioritaskan diri sendiri untuk bisa berkembang tanpa melanggar hak orang lain bukan suatu hal yang salah dan bukan tindakan yang egois. 

"Menjadi orang yang baik memang penting dan perlu, namun berusahalah menjadi pribadi yang hidup bukan hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain."


My words might heal you,

Keep Believe and Dream Big,

Claudia .  


  • Share:

You Might Also Like

0 comments:

Terima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎