Kamu Mudah Lelah Secara Pikiran?? Coba Berhenti Berkeyakinan Irasional

By Claudia - 4/21/2023 07:21:00 AM



 Hal yang juga sering aku temui, baik dari beberapa teman yang curhat, atau saat masih jaman kuliah, sempat menjabat sebagai mentor kegiatan diluar kampus dan jadi "tempat curhat". Dari mereka atau bahkan secara tidak sadar kita sendiri pernah gak sih merasa "aku harus bla bla bla.". Keharusan-keharusan yang kadang juga ada saja yang menjerumus ke 'terlalu berlebihan'. Sadar atau tidak keharusan yang keterlaluan itulah yang membuat individu jadi stres.

Dalam psikologi ada konsep yang namanya Irrational Beliefs, yaitu bagaimana keyakinan seseorang yang tidak rasional menjadi sumber kecemasan. Waaahh, pernah apa sering ya kita merasa demikian tapi tidak tahu kalau ternyata "perasaan" itu punya nama dan perasaan yang seperti itu ternyata membawa pengaruh buruk ke diri sendiri. Merasa kurang karena persepsi "harus" menjadi sumber stressor yang membuat individu merasa cemas berkepanjangan setiap hari. Pikiran-pikiran yang kira ciptakan sendiri, dan berujung kepada keyakinan-keyakinan yang berlebihan pada suatu hal. Pemikiran yang demikian jika dibiarkan saja lama kelamaan juga akan menjadi hal yang tidak baik untuk diri sendiri. 

Sebagaimana yang disampaikan seorang tokoh bahwa manusia memiliki potensi untuk berpikir rasional dan berpikir irasional. Disini seseorang bisa mengarahkan dirinya untuk berbahagia, tumbuh, mencintai, mengaktualisasi dirinya sendiri dan hal positif lain. Sementara disisi lain juga bisa melakukan hal-hal yang cenderung akan menghancurkan dirinya sendiri, menyesali kesalahan yang tidak berkesudahan, perfeksionisme, intoleran, bahkan menolak pertumbuhan dan aktualisasi dirinya sendiri. (Ellis, 1979).

Istilah irrational beliefs adalah istilah khas yang disampaikan oleh Albert Ellis dalam teorinya tentang 'Rational-Emotive Therapy' (RET). Nah sesuai dengan penjelasan sedikit diatas, Ellis menjelaskan bahwa irrational beliefs adalah pikiran-pikiran atau ide-ide yang tidak rasional atau tidak logis yang terus-menerus diyakini seseorang sampai menimbulkan self defeating (Ellis, 1979: 60-61).

Ellis menempatkan irrational beliefs ini menjadi inti dari REBT (Rational Emotive Behavior Therapy). Hal ini dikarenakan alasan utama kesengsaraan dan disfungsi manusia, dengan menantang, mempertanyakan, memperdebatkan, dan bertindak melawan keyakinan yang tidak rasional, kita bisa mengubah respon emosi kita terhadap suatu peristiwa. Misalkan dari tidak sehat menjadi sehat, yang lebih membantu kita dalam mencapai apa tujuan hidup kita.

Irrational beliefs dapat memengaruhi seseorang dalam banyak hal. Keyakinan-keyakinan yang tidak rasional tersebut mengganggu sistem kerja pikiran yang jernih, selalu banyak menuntut, dan bisa sampai menjadikan individu selalu merasa kurang dalam segala hal. Departemen psikologi University of Birmingham menjelaskan bahwa ada  empat jenis irrational beliefs yaitu demands, awfulising, Low Frustration Tolerance (LFT), dan Conditional Self Acceptance. Sedangkan sebaliknya, bahwa seseorang seharusnya memiliki pemikiran yang rasional antara lain preferences, Anti-awfulising, High Frustration Tolerance (HFT), dan Unconditional Self Acceptance

Sedikit contoh mengenai irrational beliefs dan bagaimana cara kita menyadarinya, agar kita tidak lebih stres karena memiliki pemikiran yang tidak rasional itu.

1. The idea that it is a dire necessity for adults to be loved by significant others

    Perasaan atau pikiran dimana kita harus selalu dicintai dan didukung oleh orang disekitar kita. Dimana dalam kenyataannya kita tidak bisa bahkan tidak mampu untuk mengontrol orang-orang disekitar kita untuk setuju dengan kita dalam berbagai hal. Tidak semua orang sependapat dengan kita adalah hal yang wajar terjadi. Semua orang punya pemikiran dan kemauannya sendiri, jadi bukan masalah yang besar saat ada orang disekitar kita yang tidak mendukung kita.

2. The idea about "we have to be perfect for everything."

    Dalam suatu tugas, kegiatan, atau hal lainnya kita berusaha semaksimal yang kita bisa untuk menjadi yang terbaik, memiliki jiwa kompetitif bukanlah menjadi masalah. Namun harus juga ada batasannya. Yang menjadikannya masalah dan menimbulkan stres adalah saat kita mempunyai pemikiran bahkan perasaan, dimana harus menjadi sempurna dalam segala hal. Dan ketika kita tidak mendapatkan kesempurnaan yang kita mau, justru menjadikan kita terpuruk. Yang harus ditanamkan dipikiran kita adalah, tidak ada kesempurnaan (kecuali Tuhan). Semakin kita menuntut sebuah kesempurnaan, maka semakin banyak pula stres yang kita hadirkan. 

3. The idea that we should be thoroughly competent, intelligent, and achieving in all possible respects

    Gagasan bahwa kita harus benar-benar kompeten, cerdas, dan berprestasi dalam segala hal. Dimana dalam kenyataannya ada yang namanya menang dan kalah. Bahwa dalam perjalanan kehidupan manusia itu dinamis. Keadaan kita bisa berubah-ubah, punya kelebihan dalam suatu bidang, namun juga punya kekurangan. Bisa jadi kita unggul di bidang A, namun sangat lemah dibidang B. Jadi tidak bisa mematok diri sendiri harus mampu kompeten di semua bidang.

Pentingnya menyadari tentang ada hal-hal diluar diri kita yang tidak bisa kita kontrol, dan juga menyadari bahwa kita manusia, yang dimana sudah banyak dijelaskan bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Selain itu, pentingnya bagaimana kita bisa bersyukur atas apa yang telah ada di dalam diri dan kehidupan kita, bahkan hal-hal kecil yang setiap hari kita alami.


My words might heal you,

Keep Believe and Dream Big,

Claudia . 


  • Share:

You Might Also Like

0 comments:

Terima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎