Sulit Percaya Orang Lain? Now, It's Time to Confront Your Trust Issues
- Menaruh kecurigaan terhadap niat dan tindakan orang lain. Dimana seseorang akan selalu merasa bahwa orang lain melakukan suatu hal 'jangan-jangan' untuk menyakiti atau merugikan dirinya. Hal ini jika diteruskan akan membuat orang tersebut selalu berasumsi buruk terhadap segala hal yang berhubungan dengan orang lain.
- Memiliki pikiran dan pertanyaan yang bercabang sebelum memutuskan sesuatu. Lanjutan dari selalu berasumsi buruk, hal ini akan mengikuti. Sebagai contoh, misal ada seseorang yang menawarkan bantuan, orang dengan trust issues akan ragu menerima bantuannya, dan justru bertanya-tanya, apakah orang yang menawarkan bantuan itu akan memanfaatkannya dikemudian hari.
- Menjalin hubungan yang tidak sehat, dimana seseorang akan menghindari memiliki hubungan yang lebih dalam dengan orang lain. Bisa juga menjauhkan dirinya dengan orang lain, dan memutuskan untuk membatasi hubungan agar terhindar dari ketakutannya akan penghianatan atau pengabaian.
- Merasa serba salah. Hal ini bisa terjadi karena seseorang yang mengalami masalah kepercayaan akan merasa dihantui perasaan tidak pernah cukup bagi orang lain, terkadang akan memberi pertanyaan kepada diri sendiri dengan pertanyaan negatif dan menyerang diri, misalkan "salahnya ada pada aku", karena mereka overthinking dan memikirkan sesuatu yang tidak realistis. Hal ini lebih jauh ditandai pada keraguan terkait kepantasan diri, keberhargaan diri, serta kritik negatif kepada diri sendiri.
Saatnya Menyembuhkan Trust Issue
Kita harus ingat bahwa kita tidak bisa mengontrol orang lain, sehingga kitalah yang memegang kendali terhadap diri kita sendiri atas ekspektasi dan kepercayaan yang diberikan kepada orang lain. Oke, tips cara mengelola trust issue ini aku dapatkan dari acara Ramadhan Sehat Mental yang diselenggarakan oleh Biro Psikologi Dinamis kemarin, berikut:
1. Courage: menyadari dan mengakui
Kita bisa berdamai dengan diri sendiri salah satunya dengan menyadari dan mengakui bahwa hal-hal yang telah terjadi di masa lalu tidak dapat terulang. Hal ini sebagai langkah awal kita bisa belajar suatu pengalaman di masa lalu dan menemukan hal yag kita butuhkan dan hal apa yang ingin kita perbaiki.
2. Compassion: menyusun kembali
Menyusun kembali hal apa saja yang ingin kita penuhi dan apa yang kita butuhkan dengan lebih baik dan dengan cara yang bijaksana. Kita seringkali cenderung menyalahkan diri sendiri atas hal yang kita alami. Jadi stop untuk menyalahkan diri sendiri dan mulai break down perilaku atau hal apa saja yang diinginkan, dibutuhkan, atau diterima. Ini adalah kesempatan yang baik untuk lebih mengenal diri sendiri.
Baca juga : Meningkatkan Self-Compassion, Pentingkah??
3. Connection: Eksperimen dan evaluasi
Koneksi adalah hal basic dari sebuah kepercayaan. Mencoba terbuka dengan orang lain, dapat memilih oran yang bisa kita percaya dan seberapa banyak kita memberikan kepercayaan kepada orang tersebut. Dalam hal ini kita belajar mengenai "kepercayaan" pada orang lain, mengelompokkan atau memilih siapa yang bisa kita percaya sesuai dengann topik yang cocok. Misalkan si A adalah orang yang cocok untuk diajak bicara mengenai pekerjaan, dengan si B lebih cocok berbicara mengenai keluarga, dll.
Okee, jika kita selalu memikirkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, hal ini akan jadi boomerang ke diri kita sendiri. Ingat, kita tidak bisa mengendalikan orang lain, namun kita bisa mengontrol kecemasan kita dengan percaya pada diri sendiri. Coba untuk lebih paham dan secure ke diri sendiri. Karena hal ini akan berakibat pada berkurangnya pikiran-pikiran negatif, "bagaimana kalau nanti orang lain bla bla bla.". Mulai ubah mindset dengan pikiran yang positif. Dan terakhir, selalu positive vibes.
"Hadiah terbaik pada diri sendiri yaitu dengan memberikan kesempatan untuk memberi kontrol ke diri sendiri dan memilih."
Claudia .
0 comments:
Terima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎