Ternyata Tradisi Bermaafan Saat Idul Fitri Berdampak Positif Secara Psikologis

By Claudia - 4/22/2023 01:11:00 AM


 Hari raya idul fitri menjadi perayaan yang sangat ditunggu-tunggu, terkhusus untuk seluruh umat muslim seluruh dunia. Momen hari raya ini identik sekali dengan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan, baik dengan keluarga, saudara, tetangga, dan teman. Sejak gema takbir berkumandang, mayoritas orang akan langsung menghubungi orang-orang untuk mengucapkan "mohon maaf lahir dan batin", apalagi jaman sekarang ya, semua orang akan update story di sosial media dengan ucapan tersebut. 

Saling memaafkan ini merupakan suatu yang luar biasa. Kita tahu dalam kehidupan ada yang namanya emosi negatif yang perlu untuk dikendalikan, sedangkan emosi negatif apabila diperlihara bisa mengganggu kesehatan mental. Nah, dengan saling memaafkan ini, emosi negatif bisa terkendalikan dan bisa di switch menjadi emosi positif. 

Dalam ilmu psikologi, memaafkan ini dipengaruhi oleh kognisi sosial, melibatkan aspek afeksi, perilaku, interpersonal, motivasional dan pengambilan keputusan. Konsep maaf (forgiveness) ini melibatkan kesukarelaan sikap, perasaan, dan perilaku individu untuk mengesampaingkan emosi negatif. Jeanette Raymond, PhD, seorang psikolog klinis di Los Angeles mengatakan bahwa, dengan memaafkan dengan tulus dapat mengurangi stres, membuat hormon seimbang, dan meningkatkan energi. 

Tradisi saling bermaaf-maafan ini sudah menjadi hal yang baik, dan alangkah lebih baik lagi, jika kita bisa benar-benar memaknai dengan kesungguhan untuk bisa memaafkan kesalahan orang lain, bahkan lebih penting bisa memaafkan diri sendiri dan berdamai dengan diri sendiri. Lalu apakah ada proses untuk kita agar bisa memaafkan dengan utuh? Jawabannya ada. Dalam bukunya "Forgiveness is a Choice" karya Robert D. Enrigh, ada empat tahapan yang bisa dilakukan agar bisa memaafkan secara utuh.

  1. Uncovering Phase, dimana dalam tahap pertama ini kita perlu "berkenalan" dengan situasi dan kondisi yang dialami. Kita bisa mencari tahu peristiwa yang terjadi dan membuat poin-poin tertentu agar mempermudah kita dalam mengindentifikasinya.
  2. Decision to Forgive Phase, disini kita mulai memahami apa itu memaafkan. Memperdalam alasan mengapa kita harus memaafkan, hingga pengambilan keputusan untuk memaafkan atau tidak. 
  3. Work Phase, tahap dimana kita bisa mulai untuk memahami atau berempati. Disini kita bisa mengetahui apa alasan yang membuat orang bisa bersikap tidak mengenakkan ke kita, sehingga kita juga melihat dari sisi yang lain.
  4. Deepening Phase, kondisi dimana kita sudah bisa memahami apa yang terjadi, baik dalam diri kita sendiri maupun orang lain. Disini kita bisa merasakan manfaat dalam menjalin sebuah hubungan. Dan orang yang telah sampai pada titik ini dan berhasil melalui proses memaafkan akan lebih kuat secara psikologis. 

Memaafkan ini memiliki dampak yang positif bagi kesehatan mental seseorang. Enright menyebutkan bahwa proses memaafkan dapat mengurangi kecemasan dan depresi, serta bisa meningkatkan self-esteem dalam diri seseorang. Dengan memaafkan, juga dapat membuat diri sendiri  menjadi lebih damai. Mungkin memang susah ya namanya memaafkan, namun tidak ada salahnya untuk mencoba, bertahap. 

Semoga di momen lebaran menjadi waktu yang tepat untuk saling bermaafan, karena bisa meluluhkan gengsi, yang biasanya berat dilakukan di hari-hari biasa, bisa lebih mudah dilakukan di momen lebaran ini. Selain itu ingat, bahwa ada keberkahan saat kita bisa saling memaafkan, serta bisa menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya, baik untuk diri sendiri serta hubungan kita dengan orang lain.

Selamat hari raya idul fitri 1444 Hijriyah. Mohon maaf lahir dan batin.


My words might heal you,

Keep Believe and Dream Big,

Claudia .

  • Share:

You Might Also Like

0 comments:

Terima kasih sekali sudah sempatkan membaca sampai akhir. Aku harap ada hal baik yang kamu dapatkan. Kamu boleh cantumkan blog-mu, agar aku juga bisa mampir kesana 🤎